Read it and Enjoy it ~

WinStar’s Fanfiction / DIFFERENT / DASOM – MINO / ROMANCE ANGST

large (59)

Tittle : Different

Cast :  Kim Dasom, Song Mino

Genre :  Straight, Romance, Angst

Rate: Teen

Length : Oneshoot

Author : LidyaNatalia

***

Mino memutar kepalanya melihat Dasom yang tengah meringkuk di sudut kamar. Dia baru saja pulang, bukan sambutan hangat malah sebaliknya mendapati sebuah sikap yang menurutnya klise dan penuh drama.

“Aku pulang.” Sahut Mino.

Dasom mengangkat kepalanya. Matanya memerah. Bukan karena dia baru saja menangis.

“Ah, kau sudah pulang.” Dasom beranjak bangun dan melangkah ke arah Mino. Dia baru saja ingin membantu Mino melepaskan jaket kulit hitamnya, namun belum sampai tangan ringkih itu memegangnya, Mino langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Dasom hanya menggigit bibir bawahnya, sesekali dia usap matanya yang sudah tak bisa menahan kantuk. Dasom memutuskan untuk mengikuti Mino dan menunggu laki-laki itu tepat di depan pintu masuk.

Kurang dari 15 menit. Mino sudah keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos putih dan celana pendek berwarna hitam serta dengan sebuah handuk yang sedang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.

Namun langkahnya terhenti ketika mendapati Dasom tertidur sembari berdiri. Mino menggelengkan kepalanya. Setelah menyampirkan handuk di pundaknya, dia angkat tubuh Dasom untuk dibawanya ke ranjang milik mereka.

“Eh,” Dasom membuka matanya dengan terkejut ketika Mino mulai mengangkat tubuhnya. Dapat dilihat olehnya dari sangat dekat wajah kelelahan kekasihnya tersebut.

“Sudah berapa kali kubilang, kau tidak perlu menungguku.” Ucap Mino sembari meletakan tubuh Dasom ke atas ranjang.

Dasom hanya diam.

“Kau tidak perlu takut. Kita sudah jauh dari orang brengsek itu.” Sambung Mino lagi.

Dasom memaksakan senyum kecilnya tampak. “Aku tahu..” Sahut Dasom.

Mino mengambil sebuah selimut berwarna abu-abu untuk menyelimuti Dasom. Dan setelahnya dia turut tidur di samping Dasom dengan posisi membelakangi.

Seperti biasa. Tak perlu banyak kata keluar dari mulutnya, Mino akan langsung pergi ke alam mimpi meninggalkan Dasom yang hanya akan terus terjaga memandangi punggung kekasihnya yang sudah  2 tahun -menurut Dasom- tidak lagi memperdulikannya.

Jangan salahkan Dasom. Salahkan rasa rindunya yang tidak bisa terbendung. Meski raga mereka satu atap, jiwa mereka tinggal berjauhan. Atau lebih tepatnya Mino lah yang berusaha untuk terus menjauhinya dalam kedekatan mereka.

***

Dasom kembali tersenyum melihat hasil karyanya. Sepiring nasi goreng yang menjadi menu favorit sarapan Mino telah selesai dibuatnya. Setelah meletakkan sentuhan terakhir, Dasom membawa makanan tersebut dan meletakannya di atas meja makan. Secangkir kopi dan sepiring nasi goreng sudah tersedia di atas meja berukuran sedang tersebut.

Dasom kembali menuju lemari pendingin, hendak mengambil buah-buahan yang juga sudah dia siapkan.

“Cklek!”

“Aku berangkat.” Sahut Mino.

“Kau tidak mau sarapan dulu? Aku sudah membuat…”

“Tidak perlu. Aku akan sarapan nanti, aku sudah terlambat. CEO Yang sudah menungguku.”

“Ta..”

“Cklek!”

Dasom mendesah kecil. Buah-buahan yang berada di tangannya dia masukan kembali ke dalam lemari pendingin. Dia sudah tahu akan begini. Setiap hari memang begini. Harusnya dia tidak perlu merasa begitu kecewa kan? Bukankan dia sudah terbiasa?

Well, membuatkan sarapan untuk Mino setiap harinya juga sudah merupakan kebiasaannya sejak dulu.

Dasom berjalan menuju meja makan mengambil menu sarapan yang berada di atas meja tersebut dan kemudian membuang kopi ke westafel serta makanan yang sudah dia buat ke dalam tempat sampah.

Air matanya tanpa terduga kembali mengalir. Dengan cepat-cepat dia hapus air mata tersebut.

Dasom memutuskan untuk masuk ke kamar tamu. Diambilnya sebotol infusan dan dengan cekatan dia masukan jarum selang infus ke tangannya.

Dasom membetulkan posisi bantal tempat yang menjadi  alas kepalanya dengan benar pada dinding ranjang tersebut. Dia menutup matanya. Mencoba beristirahat sembari menunggu asupan infus selesai masuk ke tubuhnya.

Sikap Mino yang berubah membuatnya tidak berselera untuk makan. Dan untuk mengakali tubuhnya yang tidak bisa bertahan tanpa makanan, Dasom memutuskan untuk menginfus dirinya setiap hari, sesekali dia juga pergi ke dokter untuk menyuntikkan beberapa jenis vitamin.

Awalnya memang sulit. Tapi kini dia sudah terbiasa. Se-terbiasa dia menerima perlakuan kekasih hatinya tersebut. Walau sampai saat ini dia masih tetap saja merasa tidak nyaman dengan perilaku Mino. Dia berusaha untuk menerimanya. Karena secara tidak langsung, Mino lah yang terluka paling dalam.

Dasom sudah pernah menyerah dan memutuskan untuk pergi. Tapi kata-kata Mino yang mengatakan bahwa dia benar-benar mencintai Dasom apa adanya dan bagaimanapun keadaannya membuat Dasom memutuskan untuk tetap bersama laki-laki tersebut. Bahkan Mino juga sudah meminta Dasom untuk maklum terhadap sikapnya yang memang berbeda itu.

Bagaimanapun. Dasom juga sangat mencintai Mino.

***

Mino mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Usia memang tidak bisa dibohongi. Dia yang dulu masih bisa tetap bugar dengan penampilan medley 7 lagu, kini baru lagu ke 3 dan dia sudah sangat merasa kelelahan. Well, jadwalnya akhir-akhir ini memang sangat gila padatnya. Bahkan sudah sebulan ini dia hanya berada di rumahnya selama 3 jam.

Ini adalah konsekuensinya karena memang dia yang meminta manajernya untuk menerima semua tawaran pekerjaan yang ditujukan untuk dirinya. Setidaknya dengan cara ini mungkin dia bisa menghindari berada di rumah dalam waktu yang lama.

Entahlah. Mino merasakan seperti dua buah rasa yang sangat bertentangan dia rasakan pada Dasom. Benci dan Cinta yang sangat teramat di saat yang bersamaan membuatnya memilih mengambil sikap seperti sekarang ini.

“Hey Song Mino!”

“Ah, hey Hyung.”

“Bagaimana kabarmu? Lama tidak bertemu!”

“Ah , seperti yang kau lihat. Masih sama seperti dulu ketika kau men-dissing ku hahaha”

“YAK!! Kau ini hal seperti itu masih saja diingat-ingat.”

“Hahaha aku kan hanya bercanda Hyung. Hyung sendiri bagaimana kabarnya?”

“Masih seperti dulu juga. Masih dibenci karena telah men-dissing mu waktu itu hahahaha”

“Aish, sial hahaha”

“Oh iya, apa kau masih ingat dengan laki-laki yang pernah memiliki skandal dengan kekasihmu beberapa tahun yang lalu?”

Raut wajah Mino berubah cepat. Kalau saja laki-laki yang di hadapannya ini tidak lebih tua darinya, pasti dia akan langsung meninggalkannya.

“Dia telah meninggal beberapa hari yang lalu.”

Mino mengangkat ujung bibirnya, “Baguslah.”

“Eh?” Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Sedikit ngeri melihat sisi lain dari juniornya yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

“Sudahlah hyung, aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Aku sudah muak.”

“Tunggu dulu. Ada yang harus kau tahu!”

Mino mengerutkan keningnya.

“Sepupuku adalah detektif yang memimpin penyelidikan tentang kematiannya. Dia menemukan beberapa rekaman dan beberapa transaksi email yang dikirimkan olehnya. Dan…”

“Apakah ada hubungannya denganku? Kalau tidak, aku harap Hyung tidak lagi melanjutkan pembicaraan ini.”

“Bodoh! Dengarkan dulu orang berbicara. Insiden  yang menimpa kekasihmu itu ternyata bukan inisiatifnya sendiri melainkan suruhan orang lain yang berencana untuk merusak karirnya dan memisahkanmu dengannya.”

Mino terdiam.

“Tapi, bukankah dia juga seorang aktor, bagaimana mungkin…”

“CEO mu menawarkannya untuk masuk ke agensinya apabila dia berhasil melakukannya.”

“.. mak..maksud Hyung, CEO Yang?” Tanya Mino.

Laki-laki tersebut mengangguk.

“Tapi untuk apa? Bukankah media tidak tahu kalau Dasom dan aku menjalin hubungan pada waktu itu?”

Laki-laki itu menepuk pundak Mino. “Kau tentu tahu siapa dia dan alasan mengapa kasus ini tidak terbawa sampai ke media. Begitu skandal tersebut tersebar, berita bahwa kau adalah kekasihnya langsung terkuak dan hal itu membuat netizen merasa simpati terhadapmu, karirnya hancur tapi tidak denganmu dan bahkan sebaliknya, terlebih ketika kau menyatakan bahwa kau tetap menerimanya. Sekali tepuk dua lalat tertangkap. Kau pasti tahu kan maksudku? Yang jelas aku memberitahumu hal ini karena kau sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri. Dan aku dengar kau masih menjalin hubungan dengan kekasihmu sampai sekarang, aku tidak tahu bagaimana dirimu bisa menerima dan menghadapainya mengetahui bahwa kekasihmu telah dinodai orang lain namun tetap bersamanya. Aku yakin kau sangat mencintainya. Kekasihmu beruntung memilikimu…”

“… dan aku berharap dengan memberitahumu hal ini, prasangka burukmu terhadap kekasihmu itu yang mungkin saja ada bisa sedikit terhapus.”

“Song Mino bersiaplah! 2 menit lagi kau naik!” Sebuah suara menginterupsi pembicaraan mereka.

“Ah yasudah, aku kebelakang dulu. Berfikir boleh saja, tapi jangan sampai hal ini menganggu penampilanmu, aku tidak bermaksud membuat fokusmu hilang. Mengerti?”

Mino hanya menatap laki-laki tersebut sebagai jawaban. Hingga akhirnya laki-laki yang mempunyai nama panggung BlackNut itu menghilang dari hadapannya.

“Song Mino! Cepat naik! 1 menit lagi!”

***

Dasom memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Sudah 3 botol infus dia habiskan. Namun tubuhnya masih tetap saja terasa sangat lemas. Dasom melepaskan jarum yang berada di tangannya dan berusaha mengambil jam kecil yang berada di atas meja nakas.

“Ah sudah jam 8 malam.” Ucap Dasom.

“Brukk!!”

Dasom mengusap pelan bokongnya yang baru saja menghantam lantai dengan sangat tidak berperikemanusiaan. Dasom berusaha mengangkat tubuhnya, namun sial, tubuhnya seperti mempunyai pendapat sendiri saat ini.

Dasom menyandarkan tubuhnya ke sisi ranjang dalam posisi masih terduduk di bawah. Dia kembali memegangi kepalanya sembari menutup matanya.

“Hhhh.” Dasom menghela nafas pendek. Dia membuka matanya, dia melihat ke arah segelas air putih yang juga berada di atas meja nakas. Dengan susah payah, Dasom berusaha meraih gelas tersebut.

“Prank!”

Dasom tertawa kecil ketika sepertinya sekelilingnya benar-benar menentangnya saat ini. Dasom melihat serpihan pecahan gelas yang baru saja jatuh tepat di depannya. Diambilnya satu serpihan dari gelas tersebut. Dasom kembali tertawa kecil. Hal ini terasa tidak asing baginya.

Awal mula dirinya dan Mino dekat dulu adalah dari serpihan gelas yang dipecahkan olehnya juga. Pada saat itu mereka sama-sama menghadiri sebuah event dan pada saat acara makan malam, mereka saling bertabrakan hingga gelas yang dipegang oleh Dasom terjun bebas ke lantai. Sepertinya Dasom memang ahli memecahkan gelas. Entahlah.

Dasom juga kembali teringat ketika Mino pertama kali menyatakan cinta padanya. Dasom lagi-lagi menjatuhkan gelas yang tengah dipegangnya. Bedanya waktu itu Dasom menjatuhkannya sendiri.

Sembari kembali melihat serpihan gelas yang dipegangnya Dasom merubah air mukanya ketika kembali mengingat terakhir kali dia menjatuhkan gelasnya. Ketika peristiwa itu terjadi, ketika semua yang sudah dirintisnya hancur tak tersisa. Bahkan apa yang dimilikinya sekarang pun seperti serpihan gelas yang siap melukainya kapanpun dia bersentuhan dengan ujungnya.

Dasom melihat ke arah bingkai yang berisi foto dirinya dan Mino di atas meja nakas di sampingnya. Foto itu diambil ketika pertama kali mereka berkencan. Pakaian serba hitam dengan topi dan masker serta tak lupa juga syal hitam. Dasom tak pernah lupa saat – saat berharganya dengan Mino. Bahkan saat – saat dimana Mino masih tetap menerimanya dan mulai merubah sikapnya.

Dasom memeluk tubuhnya sendiri. Rasa dingin tiba-tiba menyerangnya.

“Aku merindukanmu….” Isak Dasom dengan suara menyiratkan penuh rasa sakit.

“Aku merindukanmu…” Dasom membuka tangannya.

“Aku merindukanmu……”

***

1 tahun kemudian

“Terimakasih semuanya!”

“Terimakasih!”

”Terimakasih!”

“Hey Mino kerja bagus!”

“Terimakasih Hyung, ini semua juga berkat kalian. Sekali lagi terimakasih Hyung!”

“Iya sama-sama. Kau ini dari tadi terimakasih terus.”

Mino hanya tersenyum kecil sembari menggaruk bagian belakang lehernya.

“Apa kau benar-benar tidak bisa ikut. Ini kan acara konsermu, masa iya kita melakukan after party tanpa pemeran utamanya?!”

“Tidak apa-apa Hyung. Lagipula aku sudah punya janji untuk bertemu dengan seseorang. Hehehe…”

“Eh, Ah yasudahlah. Hati-hati ya!”

“Iya Hyung, sampaikan salamku pada yang lainnya ya, hyung.”

“Ya,ya!”

 

***

“Sudah berapa lama dia seperti ini?”

“Waktu perkiraan 5 jam, Dok!”

“Cepat siapkan meja operasi dan ambil 5 kantong persediaan A positif.”

“Suster bagaimana keadaan pasien?”

“Masih belum stabil, Dok! Denyut nadi dan jantungnya masih sangat lemah.”

“Ambilkan defribillator, berikan….”

 

***

My heart is struggling,

the night is torture,

I miss you so much,

I have a lot to say tonight

 

“Huh” Mino mencoba mengatur nafasnya. Senyumnya terkembang lebar.

“Hey, bagaimana kabarmu? Maaf aku baru bisa menemuimu hari ini. Kau tahu kan aku sangat well sibuk dan itu karena dirimu juga..” Mino terkikik pelan dengan tangan berada di belakang tubuhnya. Dia membawa sebucket lily putih kesukaan kekasihnya.

 

I thought it’d be easy back then but how am I crying?

 

“TADAAA!!” Seru Mino sembari menunjukan bucket bunga yang dibawanya.

“Bunga kesukaanmu! Masih belum berubah kan?” Mino tersenyum sembari meletakan bunga yang tadi dipegangnya.

 

A sad night (after letting you go)
A night without you (late regrets)
I’ve gotten used to you (cuz I’m stupid)
But you won’t ever come back on this sad night

 

“Besok pagi aku harus kembali pergi ke Jepang. Kau tidak apa-apa kan?” Raut wajah Mino terlihat khawatir.

“Aku janji setelah tour ini selesai aku akan terus mengunjungimu. Aku janji.”

“Jangan takut. Aku pasti menepati janjiku kali ini.”

“Pelajaran darimu sudah cukup membuatku jera.”

 

I’m ready, you can harshly curse at me
If only we can be together, I can hold hands with the devil
I’m already in front of you, can I go up?

 

“Beberapa hari yang lalu aku konser di Seoul Dome. Tempat impianku dulu. Aku pernah bilang kan sebelumnya padamu kalau aku akan membawamu…”

“… maaf aku tidak bisa membawamu, seperti yang kau katakan, aku akhirnya berhasil setelah sekian lama berusaha.”

“Aku berhasil…”

“Dulu aku pikir itu mustahil. Namun kau terus meyakinku bahwa tak ada hal yang mustahil di dunia ini.”

“Sekarang bila aku minta sekali saja…”

“… kau datang kembali padaku…”

“Apakah itu masih mungkin?”

Mino menutup matanya di akhir pertanyaannya.

 

Answer me, I’m kneeling down in front of you
The me of your memories has died
Do it today, answer me today

 

“Kau tahu apa yang kutemukan di dapur pada hari itu?” Mino kembali bertanya. “ Iya pada hari kau pergi waktu itu.” Mino menegaskan pertanyaannya.

“Aku menemukan makanan kesukaanku di tempat sampah.”

“Aku hampir mengambilnya waktu itu. Namun Seunghoon melarangku.”

“Katanya dia akan membuatkan lagi untukku yang sama persis seperti buatanmu… tapi aku yakin rasanya tak akan sama. Dan benar kan rasanya tidak sama”

 

Right now, I remember even our boring conversations
I want to see you right now, I miss you

 

“Ah apa kau ingat hari dimana kita bertengkar karena memperdebatkan makna dari film Shutter Island?” Mino tertawa kecil.

“3 hari yang lalu aku memutuskan untuk menontonnya kembali. Dan… aku rasa pendapatku masih yang paling benar. Well, kau harus memberikan alasan yang lebih masuk akal lagi kalau ingin mengalahkan pendapatku..”

 

A sad night (after letting you go)
A night without you (late regrets)
I’ve gotten used to you (cuz I’m stupid)
But you won’t ever come back on this sad night

 

“Jangan diam saja… katakanlah sesuatu…” Ucap Mino pada sebuah nisan bertuliskan Kim Dasom.

“Aku merindukanmu….” Lirih Mino.

“Aku merindu…kanmu…”

“… benar-benar merindukanmu…”

 

***

END

Leave a comment